Pada suatu sore saat aku dengan Dewi temanku dalam perjalanan di
jalan bebas hambatan, waktu itu hujan cukup deras sehingga jalanan
kurang nampak jelas dari kaca mobil kami. Dewi yang memegang setir pada
waktu itu sebenarnya juga mengendarai dengan hati-hati, tapi karena
sedang apes mobil yang kami naiki itu keluar jalur dan mobilnya
terperosok ke dalam parit. Untung Dewi tidak ngebut sehingga kami berdua
selamat dan tidak mengalami lecet sedikit pun. Karena mobilnya
terperosok ke dalam parit, maka kami tidak bisa langsung membawa mobil
ke jalur yang semestinya lagi.
“Waduh.. Sus! Nggak bisa keluar nih bannya, mana HP-ku habis
batterainya, wah! Gimana nih?” Dewi panik dan sepertinya kehabisan akal.
“HP-ku juga nih, mana hujan lagi, sepi kendaraan lagi, kalau gini sich! Meski ada orang yang memperkosa kita nggak pa-pa deh! Asal kita diantar pulang saja”, aku ngomong sekenanya.
“Gila kau Sus, tapi benar juga asal jangan kasar-kasar kali ya, hehehe..!”
“Loh! Semakin kasar semakin nikmat lagi, hahaha..!” kami tertawa seakan-akan kami sudah terlepas dari masalah.
“Sus, kalau kita di dalam mobil saja, kita akan di sini sampai mampus”, gerutu Dewi.
“Habis gimana lagi, di luar kan hujan gitu.”
“Yah kamu, nggak takut diperkosa, masak takut sama hujan, ya sudah aku saja yang keluar, kucoba dorong mobil ini keluar dari lubang”, Dewi nekat dengan semangat empat lima dia keluar dan mulai mendorong moncong depan mobil sialan ini.
“HP-ku juga nih, mana hujan lagi, sepi kendaraan lagi, kalau gini sich! Meski ada orang yang memperkosa kita nggak pa-pa deh! Asal kita diantar pulang saja”, aku ngomong sekenanya.
“Gila kau Sus, tapi benar juga asal jangan kasar-kasar kali ya, hehehe..!”
“Loh! Semakin kasar semakin nikmat lagi, hahaha..!” kami tertawa seakan-akan kami sudah terlepas dari masalah.
“Sus, kalau kita di dalam mobil saja, kita akan di sini sampai mampus”, gerutu Dewi.
“Habis gimana lagi, di luar kan hujan gitu.”
“Yah kamu, nggak takut diperkosa, masak takut sama hujan, ya sudah aku saja yang keluar, kucoba dorong mobil ini keluar dari lubang”, Dewi nekat dengan semangat empat lima dia keluar dan mulai mendorong moncong depan mobil sialan ini.
Aku melihat Dewi berusaha dengan keras dan mengerahkan seluruh tenaganya, tapi mobil sialan ini tidak bergerak sedikit pun.
“Sus! Hidupin mesinnya!” Dewi teriak-teriak, kuhidupkan mesin lalu giginya kuganti gigi mundur, ternyata mobil hanya bergeming sedikit saja. Lalu aku ikut keluar dan juga mencoba mendorong sama-sama dan ternyata tidak membawa perubahan yang berarti.
“Ya.. nggak bisa juga Wik”, keluhku.
“Iyah, tapi bodimu cukup bagus basah-basah gini Sus..”
“Kamu itu mabok ya? Tapi bodimu juga terlihat bagus”, lalu kami tertawa-tawa.
“Sus! Hidupin mesinnya!” Dewi teriak-teriak, kuhidupkan mesin lalu giginya kuganti gigi mundur, ternyata mobil hanya bergeming sedikit saja. Lalu aku ikut keluar dan juga mencoba mendorong sama-sama dan ternyata tidak membawa perubahan yang berarti.
“Ya.. nggak bisa juga Wik”, keluhku.
“Iyah, tapi bodimu cukup bagus basah-basah gini Sus..”
“Kamu itu mabok ya? Tapi bodimu juga terlihat bagus”, lalu kami tertawa-tawa.
“Hei..! Sus itu ada mobil, kita cegat yuk”, sambil Dewi menunjuk ke
arah mobil truk yang semakin mendekat, dan kemudian kami bergegas
berlari sampai ke tengah jalan dan melambai-lambaikan kedua tangan kami.
Dan kami berhasil, truk itu ternyata adalah truknya tentara.
“Kenapa kalian? Kenapa dengan mobilnya?” Teriak supir truk, dan kami menghampirinya, “Itu Pak mobil kami masuk parit, jadi mobil kami tidak bisa jalan lagi nih Pak!” kujawab dengan nada yang mesra.
“O iya! Hei! Anak-anak bantu nyonya-nyonya ini ayo cepat.” Kemudian turun empat orang dari belakang truk itu.
“Mari Nyonya, anda yang pegang kemudi”, kata salah satunya dengan tegas kepadaku, lalu kujawab, “Loh, kok Nyonya sih, kan aku masih muda dan single lagi”, sambil kugoda dia, huh badannya tegap, tampangnya nggak jelek-jelek amat, tapi yang penting kan bodinya kekar.
“Kenapa kalian? Kenapa dengan mobilnya?” Teriak supir truk, dan kami menghampirinya, “Itu Pak mobil kami masuk parit, jadi mobil kami tidak bisa jalan lagi nih Pak!” kujawab dengan nada yang mesra.
“O iya! Hei! Anak-anak bantu nyonya-nyonya ini ayo cepat.” Kemudian turun empat orang dari belakang truk itu.
“Mari Nyonya, anda yang pegang kemudi”, kata salah satunya dengan tegas kepadaku, lalu kujawab, “Loh, kok Nyonya sih, kan aku masih muda dan single lagi”, sambil kugoda dia, huh badannya tegap, tampangnya nggak jelek-jelek amat, tapi yang penting kan bodinya kekar.
Kucoba menghidupkan mesin lagi beberapa kali tapi tak mau
hidup-hidup, waduh kenapa ya?, dan kulihat ternyata bensinnya sudah
habis.
“Waduh Mas bensinnya habis, ada cadangan ngak mas-mas ini”, teriakku.
“Waduh maaf Nona kami tak punya..”
“Yah sudah, kalau gitu kami ikut kalian saja”, setelah kami mengambil tas, kami langsung naik truk mereka.
“Waduh Mas bensinnya habis, ada cadangan ngak mas-mas ini”, teriakku.
“Waduh maaf Nona kami tak punya..”
“Yah sudah, kalau gitu kami ikut kalian saja”, setelah kami mengambil tas, kami langsung naik truk mereka.
Setelah masuk, dengan santainya aku melepas bajuku yang basah di
hadapan keempat prajurit yang tidak jelas pangkatnya itu, kulihat mereka
menatap kami tanpa berkedip sedikit pun, lalu kudekati salah satu dari
mereka setelah pakaianku terlepas semua. “Kenapa? suka dengan bodiku
hmm..” godaku. Kulihat jakunnya naik turun dan matanya tak
henti-hentinya melihat payudaraku yang boleh dibilang montok dan seksi
cukup mengoda pokoknya. Lalu kupegang tangannya, kudekatkan ke bongkahan
payudaraku, “Gruungg!” suara itu tiba-tiba merusak suasana hening,
“Hei! Jangan berangkat dulu”, mereka berempat bergegas mendekati jendela
sopir, entah apa yang mereka bicarakan.
“Sus, kamu sudah gila ya?” tegur Dewi yang terlihat agak malu-malu tapi mau.
“Sudahlah, lagian kita kan kedinginan butuh penghangat dong”, sambil kucubit susu kirinya dan Dewi pun tersenyum dan mulai melepas bajunya.
“Sus, kamu sudah gila ya?” tegur Dewi yang terlihat agak malu-malu tapi mau.
“Sudahlah, lagian kita kan kedinginan butuh penghangat dong”, sambil kucubit susu kirinya dan Dewi pun tersenyum dan mulai melepas bajunya.
Mesin truk tak lama kemudian mati lagi dan keempat prajurit itu
dengan cepat melucuti bajunya masing-masing. “Nona jangan salahkan kami,
karena kami sudah empat bulan tidak pernah menyentuh wanita, mungkin
nanti agak kasar”, kata salah seorang prajurit yang hanya tinggal celana
dalamnya saja yang menempel di tubuhnya. Kemudian dia mendekap tubuhku
lalu langsung melumat halus bibirku, ternyata dia mahir memainkan
lidahnya, nafasku habis rasanya, dan sekilas kulihat prajurit yang lain
menggelar terpal dalam tuk yang cukup luas itu dan kulihat Dewi sudah
mulai dikerjai seorang prajurit yang mulai membelai, mencium dan
mengulum dada montok milik Dewi.
Setelah beberapa saat berciuman, prajurit yang berhadapan denganku
mulai mencium leher di bawah telingaku sambil mendesah-desah merasakan
kenikmatan, setelah itu dia merambat mengerjai susu sebelah kiriku
dengan liar dan ganas. Ssst! Sunguh nikmat sekali. Dengan tiba-tiba
badanku ditarik lalu dibaringkan ke atas terpal kasar di lantai truk
itu. Sekilas kulihat supir tadi juga mulai naik, kemudian dengan
tergesa-gesa melepas pakaiannya sampai polos, lalu mendekatiku dan
menuju selangkanganku, kemudian dia menjilati liang kewanitaanku,
langsung aku mendesis dan mengeram, dengan tiba-tiba prajurit yang tadi
membaringkanku langsung menghimpit kepalaku dengan selangkangannya,
kemudian dengan cepat kulepas celana dalamnya. Setelah keluar batang
kemaluannya kemudian langsung kulahap batang kemaluan yang lumayan besar
itu. Kukulum-kulum dan kusedot kuat-kuat hingga prajurit itu
mengeram-ngeram sambil menekan-nekan kepalaku sampai aku sesak nafas.
Sesekali aku mendengus dan mendesis akibat ulah supir truk yang mejilat
dan menggigit lembut klitorisku, sampai tubuhku mengejang lalu tak lama
kemudian sepertinya tumpah semua cairan dalam liang kewanitaanku.
Aku tetap sibuk dengan batang kemaluan yang ada dalam mulutku lalu
kurasakan payudaraku ada yang meremas dan sesekali dikulum-kulum.
Sungguh kewalahan aku melayani mereka. Dengan tiba-tiba aku mendengar
erangan Dewi tepat di sebelah kiri kupingku, ternyata dia sedang dalam
keadaan tengkurap di antara kedua prajurit. “Gilaa Suss.. ughh.. sst!”
Dewi mulutnya ngomel-ngomel nggak karuan sambil merem-melek tak berdaya.
Gila, Dewi dikerjai depan belakang. Lalu prajurit-prajurit yang
mengerjaiku berusaha membimbingku untuk nungging, setelah nungging di
atas salah seorang dari mereka dan setelah batang kemaluan prajurit di
bawahku tepat di antara bibir kewanitaanku, pantatku ditarik dengan
keras-keras hingga masuk semua betang kemaluan prajurit itu dengan
lancar karena liang kewanitaanku sudah licin.
Setelah beberapa kali genjotan prajurit yang lain berusaha memasukkan
batang kemaluannya ke dalam anusku. “Ssst.. aah.. aah!” Gila sakit
banget, baru kali ini anusku digarap orang. “Aaakkh..!” aku menjerit
sekuat tenaga begitu batang kemaluan prajurit yang besar itu masuk ke
dalam anusku. Selang beberapa saat, terasa juga nikmatnya gesekan dari
dua lubangku yang sebelumnya tidak terbayang, meski rasa sakit masih
menyertai. Kemudian tubuhku mengejang dan sampailah aku pada klimaks
kedua, tapi kuperhatikan kedua prajurit itu masih sibuk menggenjotku.
Pelir besar tiba-tiba berada di wajahku, kemudian peler itu didorongnya
ke mulutku yang kemudian kukulum dan kusedot, di sela-sela desisan dan
eranganku. “Ayo Nona sedot yang kuat!” kata prajurit itu sambil
menekan-nekan kepalaku. “Uuugh.. aakh.. esst!” suara geraman dan desisan
silih berganti saling sahut menyahut dalam truk itu.
Saat kulihat di sebelah, Dewi terkapar dan lemas, sesekali dia
mengeram karena prajurit itu masih getol menyetubuhi Dewi. Gila rasanya
aku mau keluar untuk ketiga kalinya sebentar lagi, beberapa saat
kemudian kurasakan kedua prajurit yang menyetubuhiku depan belakang
mengeram serta merangkul kuat-kuat tubuhku dan kemudian kurasakan liang
kewanitaan dan duburku tersembur cairan yang hangat hampir bersamaan,
aku pun mencapai klimaks yang ketiga.
Setelah aku mencapai klimaks, aku semakin bersemangat mengulum dan
menyedot batang kemaluan di hadapanku sampai pada akhirnya cairan hangat
itu menyembur memenuhi rongga tenggorokanku. Lalu prajurit itu
melepaskanku dan bergerak menjauhiku. Dan kulihat Dewi pun mulai di
tinggal sendirian, kemudian kelima prajurit itu mendekat. “Ayo sini kita
gantian, aku pingin rasain juga dia”, kata salah satu dari mereka
sambil tertawa-tawa, waduh habis aku.
Dua prajurit yang menyetubuhi Dewi mendekat, lalu satu dari mereka
menggendongku dan kemudian setelah pelernya tepat di tengah-tengah liang
kewanitaanku, aku sedikit diturunkan dan amblas sudah batang
kemaluannya tertelan liang kewanitaanku tanpa halangan. Aku
disetubuhinya sambil berdiri, sambil tangannya tak henti-hentinya naik
turun dengan posisi aku merangkul erat tubuhnya, kemudian dari belakang
duburku disodok peler dari belakang, aku menjerit dan mengeram
kesakitan, buah dadaku digerayanginya dengan brutal.
Setelah beberapa saat aku dikerjain berdiri, aku diturunkan kemudian
aku disuruh mengangkangi seorang prajurit, dan setelah pas masuklah
kembali peler besar itu dalam liang kewanitaanku, dan yang lain menyusul
menimpaku dari belakang, dan bukannya masuk ke duburku melainkan juga
masuk ke dalam liang kewanitaanku, gila ini prajurit, dengan kasar dan
brutal akhirnya masuk juga pelernya meski hanya setengahnya, tapi
sakitnya bukan main aku menjerit-jerit minta ampun tapi tidak di
gubrisnya. Karena mungkin tidak memuaskan dia, maka peler yang masuk
hanya setengah itu dicabutnya kemudian dengan serta-merta menyodokkan ke
duburku dengan keras, lalu mengosoknya dengan brutal, tak lama kemudian
dia mencapai klimaks, setelah beberapa saat lalu batang kemaluannya
dicabutnya.
Sekarang aku berkonsentrasi pada satu orang saja, aku merubah
posisiku dengan posisi nangkring di atas selangkangannya, kemudian aku
mulai naik turun dan sedikit goyang kanan kiri, hingga tak lama kemudian
pertahanannya terlihat sedikit goyang, begitu pula aku sepertinya aku
akan mencapai klimaks keempat kalinya. Setelah beberapa saat kurasakan
liang kewanitaanku di sembur cairan hangat dan kemudian aku pun mencapai
klimaks yang keempat kalinya, kami pun saling menggeram, lalu aku
menggulirkan tubuhku di samping prajurit yang terlihat lemas. Kulihat
Dewi masih di kerjai tiga orang prajurit, Dewi meringis-ringis sambil
terus dijejali batang kemaluan prajurit yang besar itu. Karena aku
merasa kasihan dengan Dewi dengan sedikit sempoyongan kuhampiri mereka
kemudian kutarik salah satu dari mereka yang sedang getol-getolnya
ngerjai dubur Dewi lalu kukangkangi dia, setelah tepat posisi pelernya
diantara bibir kewanitaanku, kududuki dan langsung masuk seluruh batang
kemaluan prajurit itu. Kugoyang-goyang dengan gencar hingga prajurit itu
kewalahan menghadapi seranganku, membuatnya tak kuasa menahan lahar
spermanya, menyemburlah spermanya dalam liang kewanitaanku. Karena aku
belum mencapai klimaks lagi kepalang tanggung sehinga aku tetap
menggoyang pinggulku sampai aku mencapai klimaks.
Setelah selesai prajurit-prajurit itu mengerjaiku dan Dewi mereka
terlihat lelah. Aku menghampiri Dewi, kulihat wajahnya sudah lelah,
“Gimana Wik?” bisikku. “Wah! habis aku, sampai aku klimaks lima kali
Sus”, Dewi menjawab pertanyaanku dengan sisa-sisa tenaganya. Setelah itu
kami minta diantar ke rumah kontrakanku dan kemudian aku menghubungi
jasa mobil derek kemudian kami istirahat setelah kami mandi bersama.





